Potensi Pengembangan Wisata Kesehatan (Wellness Tourism) di Kabupaten Pati



Kabupaten Pati,  sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, selama ini banyak dikenal sebagai Kota Paranormal. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya warganya yang berprofesi sebagai paranormal.

Keberadaan paranormal di Kabupaten Pati tidak lepas dari sejarah etnologi masyarakat Pati yang sejak dulu gemar mendalami ilmu olah kebatinan dari zaman Mataram Hindu hingga zaman penyebaran Islam oleh walisongo. Jejak peninggalan yang masih ada hingga sekarang, seperti makam Syeh Jangkung (Saridin) di Desa Landoh, makam Nyai Ageng Ngerang di Dukuh Ngerang Desa Tambakromo, makam Mbah Ronggo Kusumo di Desa Ngemplak, hingga Pintu Gerbang Majapahit, di Desa Muktiharjo.

Fenomena sosial ini membuat Kabupaten Pati terkenal seantero nusantara dengan sebutan Kota Paranormal. Banyak orang menggunakan jasa paranormal sebagai pengobatan alternatif, terapi kecantikan, maupun terapi untuk menghilangkan stres, depresi, trauma, dan phobia.

Predikat sebagai Kota Paranormal seharusnya dapat dikembangkan sebagai potensi wisata di Kabupaten Pati dengan mengembangkan konsep paranormal sebagai terapi bagi kesehatan spiritual. Adanya konsep baru ini sekaligus dapat lebih mengoptimalkan pada pengembangan daya tarik wisata lainnya, khususnya yang berkaitan dengan wisata kesehatan (wellness tourism).

Konsep wisata kesehatan (wellness tourism) menurut penelitian Global Spa Summit 2011 Research Report; “Wellness tourism involves people who travel to a different place to proactively pursue activities that maintain or enhance their personal health and wellbeing, and who are seeking unique, authentic or location-based experiences/ therapies not available at home”.

Konsep wisata kesehatan (wellness tourism) ini lebih mengarah ke konsep kebugaran dibandingkan konsep wisata kesehatan medis (medical tourism). Pada umumnya, wisata kesehatan (wellness tourism) menggabungkan pendekatan kebugaran dan pencegahan untuk memperbaiki kesehatan atau meningkatkan kualitas hidup.

Strategi pengembangan potensi wisata kesehatan (wellness tourism) di Kabupaten Pati dapat dilakukan melalui diversifikasi atau penganekaragaman produk wisata kesehatan (wellness tourism) sebagai nilai daya tarik wisata dalam berbagai karakter khas daerah, sehingga memiliki daya saing produk wisata.

Wisatawan biasanya lebih menyukai sesuatu yang berbeda (something different) dari apa yang biasa mereka lihat, rasakan, atau lakukan di negara di mana biasanya mereka tinggal. Ada banyak produk wisata kesehatan yang mungkin bisa dikembangkan di Kabupaten Pati menjadi wisata kesehatan (wellness tourism), yaitu : pijat sehat (massage), spa for relaxation, beauty spa, thermal bath, traditional treatments, jamu (Indonesian herbal treatment), meditation and spiritual retreat.

Pengertian dari produk wisata menurut Middleton (2001:122), yaitu : “The tourist products to be considered as an amalgam of three main components of attraction, facilities at the destination and accessibility of the destination”.

Dari pengertian tersebut, terdapat 3 (tiga) komponen dari produk wisata, yaitu : atraksi wisata, fasilitas di destinasi wisata, serta aksesibilitas. Teori Middleton tersebut diadopsi oleh Direktorat  Jendral Pariwisata Republik Indonesia yang menyebutkan, perkembangan produk wisata berkaitan dengan 4 (empat) faktor, yaitu : Daya Tarik (Attractions), Fasilitas (Amenities), Aksesibilitas, serta Tourist organization.

Atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik wisata yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.  Strategi  untuk  pengembangan  kualitas  dan  keragaman daya tarik wisata kesehatan (wellness tourism) di Kabupaten Pati melalui penguatan kualitas dan peningkatan pengemasan produk wisata kesehatan (wellness tourism).

Fasilitas wisata dibuat untuk mendukung konsep atraksi wisata yang sudah ada. Komponen dari fasilitas wisata terdiri dari unsur alat transportasi, fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum, dan fasilitas umum lainnya di lokasi wisata. Arah kebijakan peningkatan penyediaan fasilitas wisata diwujudkan dalam bentuk pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan fasilitas wisata yang memenuhi standar internasional dan mengangkat unsur keunikan dan kekhasan lokal.

Aksesibilitas wisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan, serta membantu mempermudah perjalanan wisatawan yang akan berkunjung ke destinasi wisata. Pembangunan aksesibilitas wisata melalui penyediaan dan pengembangan sarana transportasi angkutan jalan yang mempermudah pergerakan wisatawan menuju destinasi wisata di Kabupaten Pati.

Terakhir, pengembangan wisata di Kabupaten Pati harus berpihak pada pemberdayaan dan partisipasi masyarakat Kabupaten Pati melalui pengembangan usaha produktif skala mikro, kecil, dan menengah di bidang pariwisata; serta peningkatan kesadaran masyarakat  untuk menciptakan iklim yang kondusif di daerah.

Selain itu, kebijakan pengembangan wisata harus tetap menjunjung tinggi nilai keagamaan dan budaya dalam rangka mendorong pertumbuhan dan pengembangan daerah. Seperti semboyan “Pati Bumi Mina Tani” yang merupakan kepanjangan dari “Pati Berdaya Upaya Menuju Identitas Pati yang Makmur Ideal Normatif Tertib Nyaman dan Indah”. [PP]

Ditulis oleh  Hendro Pranowo - Yogyakarta