Makanan Cepat Saji, Si Lezat yang Berbahaya

Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi, membuat informasi yang ada di dunia dapat diserap dengan cepat tanpa terkendala sedikitpun oleh batas-batas geografis. Hal ini membuat budaya maupun kebiasaan negara maju menyusup dengan luwesnya di sendi-sendi kehidupan  masyarakat  yang berdomisili di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ketatnya persaingan di era globalisasi yang mengakibatkan semakin padatnya kegiatan dan rutinitas masyarakat, turut andil dalam mengubah gaya dan cara hidup masyarakat. Cara hidup instant dan praktis  kerap menjadi pilihan masyarakat. Sehingga makanan cepat saji (fast food) seperti pizza, fried chiken, french fries, hamburger, dan lain sebagainya menjadi menu alternatif untuk dikonsumsi.

Peyajian fast food yang tergolong cepat dengan tampilan, aroma, dan cita rasa yang menggugah selera serta dapat di-delivery, membuat masyarakat tetap memilih mengkonsumsi makanan ala barat ini, karena dianggap lebih menghemat waktu. Design interior menarik dengan nilai seni tinggi yang dimiliki restaurant fast food, plus fasilitas wifi yang tersedia menambah daya tarik tesendiri bagi industri makanan berbasis franchise ini. Oleh karena itu, tak heran jika saat ini keberadaan restaurant fast food tersebar di seluruh wilayah perkotaan yang ada di Indonesia.

Namun dibalik kelezatan cita rasanya, makanan cepat saji ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara terus menerus. Ini dikarenakan tidak seimbangnya kandungan gizi yang terdapat di dalam makanan cepat saji (fast food) tersebut. Tingginya kandungan  kalori, protein, garam (sodium), lemak jenuh (staturated fat), serta rendahnya kandungan serat dan nutrisi membuat membuat konsumen yang sering mengkonsumsi fast food riskan terserang obesitas. Dan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, seperti hipertensi, diabetes, kanker dan jantung koroner.

Menurut data dari RS Harapan Kita, pasien penderita Penyakit Jantung Koroner baik yang rawat jalan maupun rawat inap terjadi pengingkatan 10% setiap tahun. Bahkan dalam setahun terdapat 500 orang pasien bedah jantung. 

Dan diketahui 56% dari pasien baru tersebut mengkonsumsi fast food sebanyak dua kali atau lebih per minggu. Kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoproteins)  yang tinggi  pada lemak jenuh yang terkandung dalam fast food memicu penyempitan pembuluh darah arteri koroner jantung oleh timbunan lemak, yang lambat laun akan menyumbat seluruh arteri koroner  sehingga membuat penderita dapat mengalami serangan jantung mematikan secara tiba-tiba.

Untuk mencegah peningkatan pasien baru pengidap jantung koroner, sebaiknya kurangilah asupan makan makanan cepat saji dan perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin, serat dan makanan yang mampu menekan kadar kolesterol LDL dalam darah, seperti sayur-sayuran, alpukat, blueberry, kismis, dan lainnya.

Serta perbanyak minum air putih agar zat aditif yang terkandung dalam fast food tidak mengendap di dalam tubuh. Dengan mengimbangi asupan makanan dengan makanan yang bergizi tinggi serta rajin minum air putih semoga dampak buruk  fast food bagi kesehatan dapat diminimalisir.

Ditulis oleh Yossi Annisa - Medan