Sebagai bangsa yang besar, Indonesia mempunyai berbagai macam suku, ras, serta kebudayaan.
Warisan budaya yang beraneka ragam ini terdiri dari beberapa kategori, mulai
dari tari-tarian, nyanyian, hingga kesenian yang populer di tanah Jawa yaitu
wayang. Wayang pun terbagi lagi menjadi beberapa macam, ada wayang golek, wayang
orang, dan tentunya wayang kulit.
Berbicara
mengenai wayang kulit, jenis kesenian ini banyak tersebar di Pulau Jawa
khususnya di Provinsi Jawa Tengah. Salah satunya yang ada di Kabupaten kecil di
pesisir Pantai utara Jawa yaitu Kabupaten Pati. Pati sendiri merupakan salah
satu Kabupaten yang ada di Jawa tengah, yang letaknya berbatasan dengan Jepara
di bagian utara, Grobogan di bagian
selatan, Kudus di bagian barat, dan Rembang di bagian timur.
Letaknya yang
termasuk dilewati jalur pantura memang cukup dikenal masyarakat, khususnya para
sopir pengangkut barang dari Surabaya menuju Jakarta dan sebaliknya. Di
kabupaten ini terdapat pula 2 pabrik kacang terbesar di Indonesia, yaitu PT Dua Kelinci dan PT Garudafood.
Keberadaan
kesenian wayang kulit di wilayah ini memberikan warna tersendiri bagi kehidupan
masyarakatnya. Terlebih dalam prakteknya kesenian ini juga ada yang mengemasnya
menjadi media dakwah untuk menyebarkan pengetahuan tentang Islam.
Dialah Ilham
Supriyanto yang mempunyai ide dan kreativitas untuk memanfaatkan wayang sebagai
media dakwahnya. Awalnya ia hanyalah seorang da’i yang hanya menyampaikan dakwahnya dari satu tempat ke tempat
lain, akan tetapi setelah adanya dorongan kuat dari orangtuanya yang
menginginkan jika ia berceramah bukan hanya dengan ucapan semata akan tetapi dibumbui
dengan media lain yaitu dengan melalui pementasan wayang.
Hal ini mempunyai 2
manfaat sekaligus, yaitu akan membuat penonton tidak bosan dengan model dakwah
yang biasanya ada. Selain itu dengan metode ini juga secara tidak
langsung ikut dalam menjaga kelestarian budaya daerah khususnya wayang kulit
yang saat ini mulai perlahan terpinggirkan dengan masuknya kesenian dan
kebudayaan lain di negeri ini.
Dalam
penampilan panggungnya biasanya ia memulai pemanasan dulu dengan berceramah
kesana kemari layaknya para penceramah yang ada di TV. Tak ketinggalan pula
beliau menyisipkan humor-humor kecil guna membuat penonton fresh dan tidak mudah bosan.
Setelah dirasa cukup, barulah
pementasan wayang dimulai. Biasanya isi dari kisah pewayangan itu diambil dari
situasi atau momen yang sedang ada pada waktu itu. Contoh seperti yang penulis
alami sendiri ketika beberapa waktu yang lalu ikut menyasikan pementasan beliau
dalam acara penutupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah
(STAIMAFA) Pati di kecamatan Gunungwungkal Pati.
Awalnya beliau menyampaikan
ceramah panjang lebar tentang keutamaan mencari ilmu agama, mencari ilmu di
pesantren, dan seterusnya. Setelah dirasa cukup, beliaupun menguatkan ceramahnya
tadi dengan tokoh-tokoh pewayangan yang telah beliau pilih dalam cerita.
Dari
realita ini setidaknya bisa kita ambil pelajaran bila kebudayaan kita tidak
kalah menariknya dengan kebudayaan negara lain. Jika kita mampu mengolah dan
mengaplikasikannya sekreatif mungkin, hal ini dapat memberikan nilai positif
bagi kita. Selain itu kita juga turut menjaga warisan budaya yang telah
ditinggalkan nenek moyang kita agar tetap lestari dan hidup. Salam kami dari
pesisir pantura. [pp]
Ditulis oleh Ahmad Nashiruddin - Pati