Mengenal Lebih Dekat Bahasa & Logat Khas Orang Pati

Ketika Anda sedang berbicara dengan orang Pati atau Anda sedang berwisata di Pati dan berinteraksi dengan orang Pati, pasti Anda berpikir: Ini bahasa dan logatnya kok aneh ya?

Betul, masing-masing daerah punya keunikan seni dan budaya tersendiri, termasuk keunikan bahasa, kosakata dan logat khas masing-masing daerah. Bahkan, keunikan bahasa, kosakata dan logat khas masing-masing daerah berbeda meskipun daerah tersebut berdekatan. Kudus, Jepara dan Pati yang lokasinya berdekatan saja berbeda logat bahasa. Itulah keunikan ragam bahasa dan budaya yang dimiliki Indonesia sebagai bangsa majemuk yang menjunjung tinggi bhinneka tunggal eka.

Orang Pati biasa membanjiri kampus-kampus yang ada di Semarang, seperti Undip, Unnes, IKIP PGRI, IAIN Walisongo, Polines, dan berbagai kampus negeri dan swasta lainnya. Di sana, orang Pati ketika berbicara masih membawa logat khas Pati. Uniknya, percampuran mahasiswa yang saling berinteraksi tersebut memengaruhi teman dekat untuk berbahasa dengan logat khas Pati, demikian sebaliknya mahasiswa Purwodadi, Tegal, Kendal, Semarang, dan lainnya juga saling memengaruhi satu sama lain.

Yang lebih unik, orang Semarang seringkali menggunakan bahasa dan logat khas Pati ketika berbicara. “Lho, kamu orang Semarang kok malah pake logat khas Pati,” ujar saya kepada penduduk asli Semarang yang setiap hari berinteraksi dengan orang-orang Pati.

Kadangkala, bahasa dengan logat khas Pati yang terdengar “aneh” juga menjadi bahan tertawaan dan bercanda. “Piye leh,” kata tersebut yang acapkali identik dengan logat khas Pati yang pengucapannya diulang-ulang untuk mengundang tawa sesama teman.

Kosakata, Bahasa dan Logat khas Pati
Adapun kosakata, bahasa dan logat khas Pati yang dirasa aneh jika didengar orang selain orang Pati adalah sebagai berikut:

Piye leh
Piye leh jika dibahasakan dalam bahasa logat khas Jakarta memiki arti gimana sih? Piye leh seringkali terdengar saat orang Pati berbicara. Dalam terjemahan orang Purwodadi, piye leh diganti dengan "piye re"? Atau dalam bahasa orang Semarang, piye leh sama artinya dengan "piye to"?

Gage go
Gage go bukanlah bahasa Inggris, bahasa Rowawi, India, maupun bukan bahasa Ibrani. Hehe, bercanda. Logat gage go tidak ditemukan atau tidak serupa dengan bahasa-bahasa dan logat-logat khas daerah lainnya. Gage go dalam bahasa orang Jakarta berarti “ayo lah”. Dalam bahasa orang Semarang menjadi “ayo to”, atau dalam bahasa orang Purwodadi menjadi “ayo re”, atau dalam bahasa orang Jepara diganti dengan “ayo ra”.

Gage go dalam logat gaul bahasa anak masa kini juga bisa diartikan "cepetan dunk?" atau dalam logat Jakarta berarti "cepetan dong?". Dalam logat Semarangan, gage go bisa juga berarti "cepet to" atau "cepet ik". Dalam logat Purwodadi, gage go berubah menjadi "cepet re" atau dalam logat orang Jepara dan Kudus menjadi "cepet ra?"

Dari sekian logat bahasa daerah yang berdekatan, gage go cuma dijumpai sebagai logat khas orang Pati, bukan? Meski begitu, kadangkala bahasa logat orang Rembang memiliki kemiripan atau keserupaan logat daerah dengan logat Pati. Seringkali saya menjumpai orang Rembang berbicara dengan logat sebagaimana logat khas orang Pati, seperti piye leh, gage go, dan imbuhan kata akhir yang menunjukkan "mu" berubah menjadi "em".

Em
Imbuhan em sudah melekat bagi orang Pati. Imbuhan em berarti “mu”. Misalnya mbahmu, jadi mbahem, ndasmu jadi ndasem, rokmu jadi rokem, karepmu jadi karepem. Dalam bahasa orang Jakarta, imbuhan em berarti "mu". Misalnya, laptopmu menjadi laptopem, bukumu menjadi bukunem, hapemu menjadi hapeem, kepalamu menjadi ndasem, dan sebagainya.

Cerita lucu pemakaian logat khas Pati
Saat teman saya orang Demak pergi ke Pati dan jajan di warung kucingan di salah satu tempat di kota Pati, teman saya yang jajan secara rombongan enam orang memesan es susu dan berbagai sajian khas ala nasi kucing.

Orang-orang Demak ini rupanya berusaha ingin memakai bahasa orang Pati karena memang banyak temannya yang berasal dari Pati. Nah, saat ingin membayar menu yang sudah dipesan, salah satu dari enam orang teman saya tersebut bilang: “Susu nem piro mbak?” Maksud dari orang Demak tersebut adalah “susu enam berapa, Mbak?

Bagi orang Pati, susu nem berarti “susumu”. Sehingga dalam hal ini, penjual nasi kucing yang kebetulan perempuan menafsirkan itu sebagai penghinaan karena orang Demak tadi menurutnya menanyakan harga susu (baca: payudara) miliknya. Sontak, penjual nasi kucing marah kepada salah seorang Demak yang membayar.

Sesaat kemudian kesalahpahaman tersebut berhasil ditengahi oleh salah seorang yang berasal dari Pati sehingga semua di antara mereka malah jadi tertawa terpingkal-pingkal.

Demikian artikel kosakata, bahasa dan logat khas pati yang dapat kami sajikan, semoga artikel kosakata, bahasa dan logat khas pati bermanfaat bagi pembaca yang budiman, sekaligus bagi pembaca yang sedang mencari pengetahuan tentang kosakata, bahasa dan logat khas pati.

Artikel eksklusif ini ditulis oleh Lismanto, pemuda asal Pati.