Diare. Siapa tak kenal penyakit satu ini? Kebanyakan orang malu membicarakan penyakit yang satu ini, padahal penyakit ini
bukanlah penyakit yang patut disepelakan. Diare merupakan keluhan yang sering
ditemukan pada dewasa termasuk mahasiswa.
Diperkirakan pada orang dewasa setiap
tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis sebanyak 99.000.000 kasus.
Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih
banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju. Mahasiswa salah satu Host yang berpotensi sering mengalami
gangguan pencernaan diare.
Diare memang adalah penyakit sudah menjadi
bagian dari mahasiswa terutama mahasiswa yang tinggal di kos. Mengapa demikian? Mahasiswa adalah orang yang super sibuk dengan aktivitas perkuliahan,
apalagi jika berada jauh dari jangkauan orang tua.
Kebiasaan mahasiwa yang
terkadang tidak memperhatikan apa yang dimakannya, apalagi jika waktu makan yang
dimiliki terbatas karena lebih mementingkan aktivitas perkuliahan yang
menantinya. Seringkali mahasiswa tidak lagi melihat kondisi kebersihan ditempat
dimana ia makan.
Kasus penyakit diare sangat berkaitan dengan perilaku manusia,
sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah dan kesehatan lingkungan pada
musim kemarau. Berdasarkan penelitian, mahasiswa yang mengalami diare paling
banyak memperoleh makanan dari warung atau kantin yang berada dipinggiran
jalan, seperti kondisi yang lumrah dikalangan mahasiwa mereka biasanya santai
saja membeli makanan dimana mereka suka dan jarang sekali ada mahasiwa yang
memasak makanannya sendiri.
Padahal makanan di pinggiran jalan sangat tidak
jelas kebersihannya. Kantin atau tempat memperoleh makanan banyak yang kurang
memperhatikan beberapa hal seperti sanitasi sekitar kantin, sanitasi ruang
tempat makan, peralatan masak, tempat menyimpan makanan, tempat mencuci piring,
pengelolalaan makanan dan pengelolaan sampah. Hal tersebut mengakibatkan
makanan yang mereka oleh tidak jarang tercemar E. Coli yang berdampak diare bagi orang memakannya.
Mahasiswa pada umumnya jarang mengolah atau
memasak sendiri makanannya, terutama mahasiwa yang tinggal jauh dari orang
tuanya atau kos. Mahasiwa yang tinggal di kos, jarang sekali memasak untuk
makanannya sendiri, mereka cenderung membeli makanan di warung pinggiran jalan.
Mahasiswa sering mengabaikan kualitas makanan yang dimakan. Hal ini tentu
sangat berpengaruh terhadap kondisi pencernaan, makan makanan dengan
berpindah-pindah tempat setiap saat, kita tidak bisa memastikan kondisi makanan
itu sehat atau tidak, terkadang rumah makan yang bersih sekalipun kita tidak
bisa memastikan apakah makanan yang dimasak bebas dari mikroba patogen yang
bisa mengancam kita terkena diare. Kita tidak mengetahui cara mereka mengolah
makanan tersebut.
Lain-halnya jika kita memasak makanan sendiri, kita tahu
kualitas makanan yang kita oleh, kita membeli sendiri mengolah sendiri. Tentu
akan jauh lebih baik daripada kita membeli makanan diluar. Namun inilah polemik
yang terjadi pada mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua.
Dengan kondisi mahasiwa yang demikian, maka
tidak salah jika mahsiwa sering sekali mengalami diare. Semua kembali pada diri
mahasiwa itu bagaimana ia menjaga dan kritis terhadap makanan yang dikonsumsi.
Jadi, kita sudah tahu penyebabnya mengapa tidak kita mencegahnya. Jadilah mahasiswa
yang cerdas. Mengutamakan kesehatan daripada hal lain, memperhatikan kualitas
makanan yang dimakan.
Ditulis oleh Weildsrie E.R. - Semarang